Halaman

Senin, 10 Juni 2013

Kritik Sanad dan Matan



PEMBAHASAN ILMU HADITS
                                                                                 
Dengan menggunakan pendekatan ilmu hadits apa saja yang Anda pahami dari hadits dibawah ini :

حدثنا محمد بن المثنى قال : حدثنا عبد الوهاب الثقفي قال : حدثنا أيوب. عن أبي قلابة . عن أنس عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ثلاث من كن فيه وجد حلاوة الإيمان أن يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما. وأن يحب المرء لا يحبه إلا لله . وأن يكره أن يعود في الكفر كما يكره أن يقذف في النار.) رواه البخاري(
Artinya : Imam Bukhari meriwayatkan, ia berkata, “Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibn al-Mutsanna, ia berkata, “telah menceritakan kepada kami ‘Abd al-Wahhab al-Tsaqafi, ia berkata, ‘telah menceritakan kepada kami Ayyub, dari Abi Qilabah, dari Anas, dari Nabi SAW., beliau bersabda, ‘Ada tiga hal yang apabila seseorang memilikinya maka ia akan memperoleh manisnya iman, yaitu bahwa Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya daripada selain keduanya, bahwa ia mencintai seseorang hanya karena Allah SWT, dan bahwa ia benci kembali-kepada kekafiran sebagaimana ia benci masuk ke dalam api neraka’.”(H. R Bukhari).



              MATA RANTAI RAWI                            MATA RANTAI SANAD
Rounded Rectangle: النّبيّ صلعم

Rounded Rectangle: النّبيّ صلعم

   
                                                      
Rounded Rectangle: أنس

Rounded Rectangle: أنس

       ò                                                     ñ

Rounded Rectangle: أبي قلابة

Rounded Rectangle: أبي قلابة

      ò                                                      ñ

Rounded Rectangle: أيوّب

Rounded Rectangle: أيوّب

      ò                                                      ñ

Rounded Rectangle: عبدالوهّاب الثّقفّى      òRounded Rectangle: عبدالوهّاب الثّقفّى                                                      ñ

Rounded Rectangle: محمّدبن المشنى

      òRounded Rectangle: محمّدبن المشنى

                                                      ñ

Rounded Rectangle: البخاريRounded Rectangle: البخاري      ò                                                      ñ



 
KRITIK SANAD

       Adapun sanad hadits yang terdapat dalam riwayat Imam Bukhari diatas adalah sebagai berikut : 

Ø  Anas bin Malik

Nama lengkapnya       : Anas bin Malik bin Nadzor bin Dhomdom bin Zaid bin Harom
bin Jundub bin Amir bin Ghanam bin Adi bin An Najjar, Abu Hamzah Al Ansori Al Khazraji.
Gelarnya                      : Rasulullah saw. memberikan gelar kepadanya ”Abu Hamzah   (Singa)”. Abu Bakar  dan Umar telah mengangkat Anas sebagai amir di Bahrain, keduanya pun berterima kasih kepadanya.
Wafatnya beliau          : Imam Ahmad berkata : Anas bin Malik dan Jabir bin Zaid wafat bersamaan pada hari Jum'at, tahun 93. 
Guru-gurunya              : Rasulullah SAW, Abu Bakar, Abdullah bin Abbas, Abdullah        bin Rawahah, Abdullah bin Mas’ud, Usman bin Affan, Abdullah Bin Usman, Umar bin Khottab, Mu’adz bin Jabal, Abu Hurairah.Dll.
Murid-muridnya          : Qatadah bin Di’amah, Budail bin Maisarah al-‘Aqili, Hasan al-Bashri, Khaitsamah bin Abi Khaitsamah al-Bashriy, Sa’id bin al-Musayyib, Sulaiman bin Mahran al-‘Amasy. Dll.
Derajatnya                   : ”karena Anas bin Malik adalah seorang sahabat. Maka, sudah disepakati dan tidak diragukan lagi ke-tsiqa-hannya”.

Ø  Abi Qilabah

Nama lengkapnya       : Abdullah bin Zaid bin Umar bin ’Amru bin Nabil
Kalangan                     : Tabi’in kalangan pertengahan
Gelarnya                      : Abu Qilabah
Negeri                         : Bashrah
Tahun wafat                : 104 H
Derajatnya                   : Menurut Abu Hatim : Tsiqah
  Al ’Ajli : Tsiqah.
Ø  Ayyub
Nama lengkapnya       : Ayyub bin Abi Tamimah kaysan
Kalangan                     : Tabi’in kalangan biasa
Gelarnya                      : Abu Bakar
Negeri                         : Bashrah
Tahun Wafat               : 131 H
Derajatnya                   : Menurut Ad-Dzahabi : Imam
 An-Nasa’i : Tsiqah Tsabat.

Ø  Abdul wahab

Nama lengkapnya       : Abdul Wahab bin Abdul Majid bin Ash-Shalti
Gelarnya                      : Abu Muhammad
Negeri                         : Bashra
Tahun wafat                : 194 H
Derajatnya                   : Menurut Ad-Dzahabi : Hafidz
 Al ’Ajli : Tsiqah.

Ø  Muhammad bin Al Mutsanna

Nama lengkapnya       : Muhammad bin Al Mutsanna Abu Musa Al Bashri
Kalangan                     : Tabi’ul Atba’ (kalangan tua)
Gelarnya                      : Abu Musa
Negeri                         : Bashrah
Tahun wafat                : 252 H
Derajatnya                   :  Abdullah bin Ahmad berkata dari Ibnu Ma’in “tsiqah” dan Abu Sa’ad Al Harawi bertanya kepada Adz Dzahili yang berkata “hujjah” dan Shalih bin Muhammad berkata “shaduq hujjah”.Abu Hatim berkata “ hadisnya baik, shaduq (jujur)”Ad-Dzahabi : Tsiqah, Ibnu Hajar :  tsiqat tsabit

 

 

 

Ø  Imam Bukhari


Nama lengkapnya       : Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Badrdizbah Al-Ju'fiy Al Bukhari
Gelarnya                      : Al-Bukhari
Sebagian menyebutnya dengan julukan Amirul Mukminin fil Hadits (Pemimpin kaum mukmin dalam hal Ilmu Hadits).
Guru-gurunya              : Abu Nashim An-Nabil, Makki bin Ibrahim, Ubaidullah bin Musa, 
Muhammad bin Salam Al Baikandi, Ahmad bin Hambal, Ishaq bin Manshur, Khallad bin Yahya bin Shafwan, Ayyub bin Sulaiman bin Bilal, Ahmad bin Isykab, Muhammad bin Tsa bin
Murid-miridnya           : Al-Imam Al-Husain Muslim, Al-Imam Abu ’Isa Ath Tirmizi,   Al-Imam Shalih bin Muhammad, Al-Iman Abu Bakar bin Muhammad bin Ishaq, Al-Iman Abu Fadhl Ahmad bin salamah dan sebagainya

            Adapun sanad yang terdapat dalam riwayat Imam Bukhari diatas mempunyai kemampuan daya ingat yang kuat dalam menghafal hadits dan mendapatkan derajat yang tsiqah, telah diakui oleh para ulama.

KRITIK MATAN
Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari diatas terkandung tiga perkara yang apabila seseorang memilikinya maka ia akan merasakan manisnya beriman yaitu : أن يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما (Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya daripada selain keduanya), وأن يحب المرء لا يحبه إلا لله (mencintai seseorang hanya karena Allah SWT),  وأن يكره أن يعود في الكفر كما يكره أن يقذف في النار (benci kembali-kepada kekafiran sebagaimana ia benci masuk ke dalam api neraka).
Nabi muhammad SAW telah menjelaskan kepada kita untuk mendapatkan manisnya iman itu harus dilakukan dengan tiga perkara sebagaimana yang terdapat di dalam hadits diatas, yaitu lebih mencintai Allah dan Rasulullah-Nya dari pada sesuatu apapun, lebih mencintai Allah dan Rasul karena semua yang ada di dunia ini adalah milik Allah SWT yang hanya dititipkan kepada manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup dan semta-mata untuk beribadah karena Allah bukan karena ingin dipuji oleh orang lain, tidak menduakan Allah dengan sesuatu apapun, begitu juga kepada Rasulullah SAW. Yang kedua mencintai seseorang hanya karena Allah SWT, mencintai seseorang tidak melebihi cinta kita kepada Allah dan juga tidak mencintai seseorang karena ada maksud tertentu dalam arti mencintai seseorang karena harta, jabatan, kedudukan dan kecantikannya saja akan tetapi mencintai seseorang itu karena Allah dan menuntunnya ke jalan yang benar atau menuju ke arah surga. Yang ketiga benci kepada kekafiran sebagaimana benci masuk ke dalam api neraka, menjauhi atau membenci semua yang telah dilarang oleh Allah SWT karena semua itu akan menjerumuskan ke dalam api neraka dan selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang telah diperintahkan oleh Allah dengan sebaik-baiknya. Jika ke tiga perkara tersebut terpenuhi di  dalam diri manusia, maka ia akan merasakan yang namanya  حلاوة الإيمان   manisnya beriman.
Berdasarkan kandungan dari hadits di atas, dapat dikatakan bahwa hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari di atas adalah ”Hadits Shahih”, karena dalam perawi sanadnya mempunyai kemampuan daya ingat yang kuat dan mendapatkan gelar tsiqah serta sanadnya bersambung.

TRANSAKSI PROSES PENERIMAAN HADITS
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari di atas proses penyampaian atau penerimaannya menggunakan metode As-Sima’ yaitu seorang guru membaca hadits yang dihafalnya atau yang ada di kitab tertentu di hadapan murid, kemudian seorang murid mendengarkan dan memahaminya.
Metode ini bisa berbentuk:
1.      Membaca hafalan
2.      Membaca dari kitab-kitab
3.      Tanya jawab
4.      Dikte
Metode sima’ ini dipandang sebagai metode yang paling bagus di antara metode yang ada para ulama hadits,menurut jumhur ulama'.Sebab dimasa rasul, cara inilah yang dijalankan,yakni para sahabat mendengarkan apa yang didektekan oleh Nabi. Dengan cara ini terpeliharah kekeliruan dan kelupaan, serta mendekati kebenaran lantaran sudah menjadi kebiasaan, setelah selesai mereka saling mencocokan satu sama lain.
Lafadz yang digunakan dalam hadits tersebut adalah lafadz حدثنا (telah menceritakan/telah menuturkan) berarti proses penyampaian atau penerimaannya secara langsung. Ayyub menceritakan kepada Abdul wahab At-tsaqafi yang ia terima dari Abi Qilabah sedangkan Abi Qilabah sendiri mendapatkannya dari Anas dan Anas menerimanya langsung dari Nabi SAW. Kemudian Abdul Wahab menceritakan kepada Muhammad ibn Mutsannah kemudian diceritakannya kepada Imam Bukhari yaitu sebagai perawi terakhir. Jadi proses penerimaannya secara langsung atau disebut juga dengan metode as-sima’. Sanadnya bersambung tidak terputus-putus dan jelas asal usulnya.



HUBUNGANNYA DENGAN AL-QURAN
Hadits diatas ada hubungannya dengan Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 165 yang berbunyi sebagai berikut:
šÆÏBur Ĩ$¨Z9$# `tB äÏ­Gtƒ `ÏB Èbrߊ «!$# #YŠ#yRr& öNåktXq6Ïtä Éb=ßsx. «!$# ( tûïÉ©9$#ur (#þqãZtB#uä x©r& ${6ãm °! 3 öqs9ur ttƒ tûïÏ%©!$# (#þqãKn=sß øŒÎ) tb÷rttƒ z>#xyèø9$# ¨br& no§qà)ø9$# ¬! $YèÏJy_ ¨br&ur ©!$# ߃Ïx© É>#xyèø9$# ÇÊÏÎÈ
Artinya :  
”Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zhalim (orang-orang yang menyembah selain Allah) itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)”.     ( Al-Baqarah : 165).
Adapun surat Al-Baqarah ayat 165 diatas menjelaskan bahwa orang yang beriman itu cintanya kepada Allah lebih besar daripada selain Dia dan akan merasakan manisnya iman sedangkan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah akan mendapatkan balasan api neraka.
Sedangkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari diatas menjelaskan tentang perkara untuk mendapatkan manisnya beriman. Adapun perkara tersebut yaitu termasuk perintah kepada kita untuk lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya, kemudian mencintai seseorang karena Allah, dan takut kembali kepada kekafiran sebagaimana ia takut api neraka. Jika perkara tersebut terpenuhi dalam diri manusia maka mereka akan mendapatkan manisnya iman.
Adapun makna yang tersirat pada manisnya beriman tersebut yaitu kita memperoleh kebaikan-kebaikan dan kemudahan dalam segala urusan serta yang paling utama dan yang kita harapkan nikmatnya surga.

HUBUNGANNYA DENGAN HADITS LAIN
Hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari tersebut berkaitan juga dengan riwayat Imam At-Tirmidzi berikut ini:
حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ طَعْمَ الْإِيمَانِ مَنْ كَانَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ

Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar telah menceritakan kepada kami Abdul Wahab dari Ayub dari Abu Qilabah dari Anas bahwa Rasulullah SAW berkata tiga di antaranya mereka menemukan manisnya iman, yaitu Allah dan Rasul-Nya yang lebih berharga baginya daripada yang lain, dan tidak mencintai seseorang kecuali karena Allah, dan benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan dia dari itu karena dia akan benci dilemparkan ke dalam api neraka”. (H.R At-tirmidzi).

Kedua hadits diatas, riwayat Imam Bukhari dan Imam Tirmidzi tersebut mempunyai kesamaan makna yaitu menjelaskan tentang tiga perkara untuk dapat merasakan manisnya iman, hanya saja sumber dan sanadnya yang berbeda.


Tidak ada komentar: